Saat pertama kali kita membangun rumah tangga atau menempati rumah yang baru, kita membayangkan bahwa: "rumah (house) ini akan menjadi tempat di mana aku dapat beristirahat dan merasakan cinta dari orang-orang yang aku kasihi (home)." Namun seiring berjalannya waktu dan berbagai macam konflik yang terjadi, rumah (house) itu tidak lagi menjadi tempat perisitirahatan kita (home), melainkan hanya sekedar tempat persinggahan (hotel) atau bahkan tempat perang. Beberapa orang mendapati rumah (house) mereka tidak lagi menyenangkan untuk ditinggali dan memilih untuk meninggalkannya. Beberapa orang yang lain memilih untuk sekedar "mampir" untuk makan dan tidur di malam hari. Impian indah ketika pertama kali membangun sebuah rumah (house and home) telah hilang dan rumah itu (house) hanya berfungsi sebagai tempat tinggal (house) semata.
Di dalam bahasa Inggris terdapat dua kata yang berbeda untuk menggambarkan rumah. House menggambarkan gedungnya, sedangkan home menggambarkan suasana (yang seharusnya nyaman) di rumah itu. House dibangun dari batu, semen, tiang pancang, atap genting, dan perabotan. Sedangkan home dibuat dari rasa percaya, rasa saling mencintai dan mengasihi, kemauan untuk saling mengerti dan mengampuni, serta komunikasi yang baik, namun yang terutama adalah saling mengasihi.
Home tidak dapat dibangun tanpa rasa saling mengasihi. Kita dapat mengasihi orang yang tidak terlalu kita percayai. Kita dapat mengasihi orang yang tidak memiliki komunikasi yang baik dengan kita. Tetapi kita tidak dapat mempercayai dan mengampuni orang yang tidak kita kasihi. Kasih merupakan dasar dari segala sesuatu, pilar penopang dari segala sesuatu, dan ekspresi dari segala sesuatu yang baik.
WHERE TO START
Kasih dibangun dan dimulai dari diri sendiri. Bukan orang lain. Banyak orang menggantungkan tumbuhnya benih kasihnya kepada orang lain. "Bagaimana mungkin aku mengasihi orang yang menjengkelkan seperti itu?" atau "Bagaimana mungkin aku mengasihi orang yang sudah mengkhianati aku seperti ini?" atau "Tidak mungkin aku mengasihi orang itu! Ia juga tidak peduli kepadaku." Ini adalah ekspresi orang yang menunggu orang lain untuk menunjukkan kasih atau kebaikannnya terlebih dahulu, baru mereka dapat mengasihi orang tersebut. Ini adalah kasih bersyarat yang pasif dan sebetulnya sangat menghancurkan. Coba bayangkan jika semua orang menunggu orang lain untuk mengasihi mereka, maka tidak akan ada orang pun yang mengasihi satu dengan yang lain. Semua akan saling menunggu. Jika semua orang menjadikan ketidakcocokkan dan kesalahan orang lain sebagai dasar untuk tidak mengasihi, maka tidak akan ada orang-orang yang mengasihi kita. Hukum "cinta dibalas cinta, kesalahan dibalas kebencian" ini adalah hukum yang sangat konyol.
Sebenarnya hati kitapun menyadari hal ini. Itu sebabnya kita sering membengkokkan hukum ini, terutama kepada orang yang sedang hangat-hangatnya kita kasihi. Beberapa orang menjadikan orang-orang yang kurang mampu sebagai pihak yang mendapat perlakuan khusus ini. Beberapa orang yang lain menjadikan kekasih atau pasangan yang baru saja dinikahinya sebagai orang-orang yang mendapat perlakuan khusus. Beberapa orang yang lain menilai hanya sahabat dan bahkan binatang peliharaannya yang pantas mendapatkan perlakuan khusus tersebut. Sungguh perlakuan yang egois bukan?
Ada hukum lain yang sebetulnya juga berlaku. Kita menuai apa yang kita tabur. Jika kita menabur kasih bersyarat yang pasif, maka kita akan menuai kasih bersyarat yang pasif dari orang lain juga. Jika kita sulit mengasihi orang-orang yang menjengkelkan bagi kita, maka kita juga akan tidak dikasihi oleh orang-orang yang menganggap kita menjengkelkan. Jika kita merasa pendapat dan perasaan kita yang paling benar, maka orang lain juga akan menganggap pendapat dan perasaan kita tidak mungkin benar. Jika kita sulit memaafkan orang yang bersalah kepada kita, maka kitapun juga akan sulit dimaafkan oleh orang lain yang menganggap kita bersalah. Jika semua orang menabur hukum kasih bersyarat yang pasif ini, maka tidak lama bumi ini akan terpecah menjadi kelompok-kelompok yang saling membenci.
HOW TO
Cara terbaik untuk memulai jenis kasih yang baru adalah dengan belajar mengasihi secara aktif. Semua orang, baik sengaja maupun tidak sengaja, pernah berbuat salah. Tidak ada orang yang selalu cocok satu dengan yang lainnya. Tidak ada seorangpun di dunia ini yang tidak pernah salah mengerti keadaan dan maksud orang lain. Kasih yang aktif merangkul situasi dan orang-orang seperti ini. Kasih yang aktif mencoba memahami situasi dan keadaan orang lain. Kasih yang aktif menghukum kesalahan, namun memaafkan orang-orang yang bersalah. Kasih yang aktif mencoba untuk mendengarkan, mengerti, dan tidak menghakimi orang lain. Beberapa latihan sederhana yang dapat kita lakukan untuk melatih kemampuan mengasihi secara aktif:
- Tanamkan prinsip tabur tuai dalam kehidupan sehari-hari.
- Kasihilah orang lain seperti kita menginginkan orang lain mengasihi kita.
- Biasakan untuk mengerti orang lain sebelum menilai mereka.
- Marahlah jika melihat ketidakbenaran. Berikan hukuman jika terjadi kesalahan. Namun maafkan dan jangan menghakimi pribadi orang yang berbuat kesalahan.
Kasih yang aktif akan membuat house kembali menjadi home. Kasih yang aktif akan menjadi dasar, tiang penyangga, dan atap yang melindungi rumah (home) kita terhadap serangan-serangan amarah, ketidak percayaan, dan kasih pasif yang merusak.
You must love the Lord your God with all your heart, all your soul, all your mind, and all your strength.'
The second is equally important: 'Love your neighbor as yourself.' No other commandment is greater than these."
No comments:
Post a Comment