Kesesakan Yang Terus Menekan - Kasih Karunia Yang Tak Pernah Berhenti

Ada perbedaan yang sangat besar, saya rasakan ketika anak-anak dan dewasa. Walaupun pada masa anak-anak saya juga mengeluh ketika dipaksa harus belajar, sekolah, mandi, tidur, makan, dan sebagainya. Namun ketika dewasa keluhan saya berganti dan mungkin bertambah. Saya merasa tertekan dengan desakan waktu. Saya merasa terhimpit dengan kebutuhan finansial saya dan keluarga saya. Saya merasa lemas karena merindukan saat-saat dapat belajar, mandi, tidur, makan, berdoa, bermain games, mendengarkan dan bermain musik dengan total relax.

Benar apa yang dikatakan Alkitab di kitab kejadian. Bekerja menjadi sebuah aktivitas yang melelahkan sejak Adam dan Hawa dikutuk Tuhan. Bekerja tidak lagi dapat dibatasi hanya untuk menunjang kehidupan kita. Kutukan itu telah diperparah oleh setan, sehingga sekarang banyak orang hidup untuk bekerja. Sebagian besar orang bekerja untuk menghasilkan tiang penyangga finansial kehidupannya. Beberapa orang bekerja untuk memuaskan aktualisasi dirinya dalam hal berkarya, menikmati seni, beramal, atau travelling. Kebanyakan dari kita tidak dapat berhenti bekerja karena tekanan dari dalam diri ataupun dari lingkungan sekitar mengharuskan kita untuk terus bekerja, tanpa henti.

Alkitab sendiri sepertinya mendukung ide ini. Rasul Paulus, yang dipandang sebagai rasul terbesar di Perjanjian Baru, digambarkan sebagai orang yang tidak pernah berhenti "bekerja". Dia mengatakan: "jika aku mati, itu adalah hal yang sangat kuimpi-impikan karena Aku bisa bertemu dengan Tuhanku. Tapi jika aku hidup itu berarti bekerja (terus-menerus) memberi buah untuk Tuhan di dunia ini." Banyak orang merasa bahwa terlihat sebagai orang yang kekurangan waktu untuk "merawat" dirinya demi "bekerja memberi buah untuk Tuhan", merupakan goal yang harus dicapai oleh tiap anak Tuhan. Banyak orang mengidentifikasikan status spiritual person sebagai orang yang memberikan seluruh hidupnya untuk merawat orang lain, demi Tuhan, dan sedikit sekali merawat dirinya sendiri.

Saya sendiri merasakan sebuah dilema yang hebat mengenai hal ini semasa saya belajar di seminari. Namun betapa terkejutnya saya ketika Alkitab memberi tahu bahwa hal ini tidak sepenuhnya benar karena banyak ayat menunjukkan bahwa Tuhan ingin kita merawat diri kita, sebagai bagian dari pelayanan kita bagiNya. Tuhan mengajarkan lewat Daud bahwa juga menginginkan agar kita dapat tidur dengan cukup dan lelap. Daud mengatakan hal ini ketika sedang diburu oleh anaknya sendiri, "Aku berbaring dan tidur dengan tentram, dan bangun lagi, sebab TUHAN menopang aku." (Mazmur 3:5) Menghadapi tentara kerajaannya sendiri yang memburu untuk membunuhnya Daud mengatakan: "I lay down and slept, yet I woke up in safety, for the LORD was watching over me." Berapa sering kita tidak dapat tidur karena memikirkan "pekerjaan" kita? Mungkin saja, kita tidak lagi bekerja untuk Tuhan, melainkan bekerja demi mengaktualisasikan diri kita.

Kaum Rohaniawan, termasuk saya, biasanya mempunyai argumentasi bahwa mereka berlelah-lelah hingga tidak lagi terlalu menjaga dan merawat diri mereka demi pelayanan yang telah dipercayakan pada mereka. Namun demikian Tuhan pernah mengajar kita lewat rasul Paulus. Ia mengatakan bahwa Kita memang harus bekerja bagi Tuhan. Namun hasil di tangan Tuhan. "Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan. Karena itu yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan." (1 Korintus 3:6-7). Tuhan menginginkan kita hanya bekerja sebagai salah-satu dari rekan kerjaNya, bukan satu-satunya. Tuhan menginginkan kita bekerja sama dengan Dia, bukan hanya bekerja untuk Dia. Tiap-tiap kita memiliki bagian kita masing-masing (1 Korintus 3:10) dan itu berlaku pula dalam kerja sama antara kita dengan Tuhan (1 Korintus 3:6)

Banyak orang lainnya juga merasakan desakan yang sama dalam dirinya, baik bekerja untuk meletakkan fondasi finansial bagi keluarganya, maupun bekerja untuk berkarya, menolong orang-orang yang tidak mampu secara finansial dan pendidikan, menghasilkan dan menikmati seni, dan sebagainya. Bagi kita yang merasakan desakan ini, sangat tidak mudah untuk berhenti dan merawat diri kita. Seakan-akan Tuhan menghendaki kita terus-menerus menguras hidup kita bagi passion atau desakan yang Tuhan telah letakkan di hati kita. Akan tetapi sering kali Tuhan memberikan warning kepada kita, jika tubuh dan mental kita mulai kelelahan dan membutuhkan perhatian. Rasa penat dan kelelahan merupakan tanda yang telah Tuhan rancang agar kita mulai merawat diri kita. Alkitab mengatakan bahwa: "Tubuh (jasmani) kita adalah rumah Allah." Itu berarti merokok, pola makan yang tidak sehat, pola istirahat yang tidak sehat, pola kerja yang tidak sehat, pola refreshing yang tidak sehat merupakan tindakan yang sengaja menghancurkan rumah Allah.

Akan tetapi kita semua mengetahui bahwa hidup di jaman ini sangatlah tidak mudah. Banyak orang masih terhimpit dengan tuntutan finansial. Banyak orang masih dibebani lagi dengan tekanan relasi dalam keluarga. Banyak orang masih dibebani dengan desakan untuk melayani di gereja. Dengan kondisi seperti ini sangat wajar jika kita menempatkan "perawatan diri" pada prioritas terakhir. Di sinilah Tuhan memberikan jalan keluar. Tuhan telah melihat hal ini sejak dahulu kala. Bahkan Ia telah menawarkan jalan keluar sejak Ia datang ke dunia ini. Ia mengatakan: "Datanglah kepada-Ku kamu semua yang lelah, dan merasakan beratnya beban; Aku akan menyegarkan kamu (atau membuatmu dapat beristirahat)."

Menjaga tubuh jasmani ini sama pentingnya dengan menjaga kesehatan spiritual kita. Dalam arti tertentu hal ini merupakan salah satu bentuk pelayanan wajib yang Tuhan ingin setiap anak-anakNya lakukan.  Terlebih bagi kita yang hidup di jaman ini.

Dunia telah membuat orang-orang jaman ini melihat apa yang tampak (visible) sebagai representasi dari apa yang tidak tampak. Kesehatan, kesejahteraan, dan kemapanan telah menjadi tolak ukur jaman ini mengenai apa yang dianggap baik dan tidak baik. Sekarang ini jauh lebih mudah mempromosikan produk suplemen kesehatan daripada keselamatan. Time management menjadi sebuah jalan keluar yang lebih dicari-cari orang jaman ini daripada Spiritual Development. Teknik-teknik membangun relasi yang sehat lebih banyak dinanti-nanti untuk didengar orang daripada keintiman dengan Tuhan.

Konteks atau keadaan jaman seperti ini mengharuskan kita, sebagai anak-anak Tuhan juga dapat "menyebarkan injil dan kabar baik" melalui kaca mata mereka. Kita sebagai individu, maupun sebagai organisasi, tetap harus dapat menjadi "garam dan terang" dalam kaca mata jaman ini. Orang-orang akan lebih tertarik untuk belajar mengenai ajaran Kristus jika mereka dapat melihat "hasilnya" di dalam kesehatan, kesejahteraan, dan kemapanan hidup orang-orang yang menyebut dirinya "anak-anak Tuhan." Sebagian orang mempunyai kesempatan untuk belajar mengenai pola hidup sehat, life management, teknik-teknik membangun relasi dan sebagainya. Akan tetapi tidak semua anak-anak Tuhan mempunyai kesempatan untuk memperlajari ilmu-ilmu ini. Sebagian anak-anak Tuhan mendapatkan kesempatan untuk mempelajari hal-hal ini melalui program-program gereja. Tapi sebagian anak-anak Tuhan tidak mendapatkan kesempatan sebaik itu.

Dalam kondisi seperti inilah janji-janji Tuhan selalu merupakan janji-janji termanis yang pernah kita dengar dan yang akan kita rasakan. Tuhan mengatakan: "Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan. Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti, atau memberi ular, jika ia meminta ikan? Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya." (Matius 7:7-11).

Kita tidak lagi perlu kawatir bagaimana Tuhan akan menggenapi janjiNya, karena Tuhan juga mengatakan: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi." (Matius 28:18). Kita juga tidak perlu lagi kawatir apakah Tuhan mempunyai standar yang terlalu rendah untuk menjaga kehidupan kita, karena Tuhan juga mengatakan: "Tidak pernah orang benar ditinggalkan, atau anak cucunya meminta-minta roti; (bahkan) anak cucunya menjadi berkat. " (Mazmur 37:25-26). Kita juga tidak perlu kawatir bahwa penyertaan Tuhan kurang bagi kita untuk menghadapi tantangan hidup ini karena Rasul Paulus telah membuktikannya dan mengatakan: "For I can do everything through Christ, who gives me strength."  (Filipi 4:13).

Apakah yang menjadi desakan dalam diri kita untuk bekerja? Apakah desakan itu adalah untuk menetapkan sebuah kestabilan finansial bagi keluarga kita? Apakah desakan itu adalah untuk membantu orang-orang yang membutuhkan? Apakah desakan itu adalah untuk melayani di gereja lokal kita? Apakah desakan itu adalah untuk menghasilkan karya-karya seni bagi Tuhan? Apakah desakan itu adalah untuk menjadi pionir atau pembuka jalan di daerah-daerah yang sulit bagi pekerjaan Tuhan? Sebagai anak-anak Tuhan, desakan itu tidak akan pernah hilang. Karena kita hidup untuk bekerja sama dengan Allah. Namun Tuhan juga menginginkan agar kita menjaga diri kita sendiri. Karena itu mintalah selalu karunia Tuhan untuk memampukan kita beristirahat. Memulihkan segala kejenuhan dan kelelahan yang kita rasakan. Tidak akan ada peristirahatan yang sempurna sebelum kita berada di sorga (Wahyu 21:4). Akan tetapi Tuhan akan selalu memberikan KaruniaNya yang Tidak pernah berhenti untuk menyegarkan jasmani dan spiritual kita, jika kita memintaNya.

Selamat menikmati Kesesakan Yang Terus Menekan dan Kasih Karunia Allah Yang Tak Pernah Berhenti di dalam hidup kita sehari-hari.

1 comment: