Membentuk Kebiasaan Baik (Bagian 2)

Pola pikir: Aku harus jadi yang terdepan
Salah satu pelajaran yang saya dapatkan ketika kecil adalah: bercita-citalah setinggi langit. Pola pikir seperti ini akan memacu kita agar menjadi seseorang yang ulet, tidak menyerah dengan keadaan dan kesulitan yang ada, dan tanggap dalam mengambil tiap kesempatan yang ada di depan kita. Ini adalah hal yang sangat baik. Namun kita harus menyadari bahwa berpegang terlalu erat pada pola pikir seperti ini juga dapat membawa kerugian bagi kita.

Orang-orang yang terlalu erat memegang pola pikir seperti ini akan cenderung mengalami beberapa kerugian seperti: selalu merasa kurang, tidak dapat berhenti bekerja, sulit dapat benar-benar menikmati hasil kerja kerasnya sendiri, merasa “kalah” atau bahkan tidak berharga bila dalam periode waktu tertentu tidak dapat menghasilkan sesuatu atau tidak dapat mengalahkan kompetitornya.

Pola pikir: Aku harus jadi terkenal
Dalam dunia usaha kita tahu bahwa network atau jaringan memegang peran yang cukup besar dalam kesuksesan usaha kita. Karena itu ada beberapa orang yang telah dididik sejak kecil untuk mencari teman, referensi, rekan kerja, dan kenalan sebanyak dan seluas mungkin. Pola pikir ini akan memacu kita untuk aktif dalam memulai sebuah relasi dan dengan demikian kita akan secara otomatis belajar teknik-teknik sederhana untuk mempengaruhi orang lain. Ini adalah hal yang sangat baik.

Namun orang-orang yang memakai pola pikir seperti ini di dalam segala hal akan segera menemukan bahwa ada beberapa kerugian yang dapat ditimbulkan. Orang-orang seperti ini akan cenderung: membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain dan meletakkan hampir semua kepercayaan dirinya hanya pada pendapat orang lain tentang dirinya. Orang seperti ini akan cenderung menjadi haus akan pujian dan penghargaan sehingga memaksa dirinya untuk mendapatkan pujian tersebut walaupun dengan harga yang terlalu mahal baginya.

Pola pikir: Segalanya harus jelas dan pasti, dan aman
Ada sebuah pepatah Jawa yang mengatakan bahwa kalau ingin mengenal orang lain, segalanya harus jelas “bibit, bobot, dan bebetnya”. Artinya kita harus mengetahui dengan sangat jelas mengenai segala-galanya tentang orang tersebut. Dalam kehidupan ada beberapa orang yang mempunyai prinsip: “Jika aku tidak mengetahui bahwa SEGALA SESUATUNYA jelas dan aman, maka aku tidak akan melangkah.” Pola pikir seperti ini bagus dalam membuat kita menjadi orang yang kritis, berpikir secara sistematis, selalu bertanya dan tidak mudah dirayu atau dimanipulasi oleh orang lain atau keadaan. Namun dalam beberapa hal, penggunaan yang terlalu ekstrim dari pola pikir seperti ini akan membawa kerugian yang cukup besar.

Kita tahu bahwa dalam kenyataan hidup sehari-hari, tidak segala-galanya dapat kita jamin kepastian dan keamanannya. Karena itu orang-orang yang menerapkan pola pikir seperti ini di dalam segala situasi akan cenderung: lambat dalam mengambil kesempatan; lambat dalam mempelajari hal-hal baru; lambat dalam mengembangkan usaha, relasi, atau bahkan kualitas hidupnya.

Pola pikir: Segalanya harus aman dan damai
Ada sebuah ungkapan yang mengatakan: “ makan atau tidak makan yang penting kumpul.” Banyak orang yang menghindari konflik yang bersifat personal. Banyak orang melakukan apapun demi menjaga ketenangan dan kedamaian di tempat di mana dia tinggal atau bekerja. Ini adalah pola pikir yang baik dan akan membantu agar kita dapat menjadi orang yang: setia, mampu melindungi orang lain, mampu berkorban demi orang-orang yang kita kasihi, mampu memberikan toleransi, mampu mengampuni, dan sabar ketika keadaan menjadi sangat tidak menyenangkan.

Akan tetapi jika kita menerapkan pola pikir ini dalam segala situasi, maka kita akan cenderung: tidak tegas dalam bertindak, tidak mampu mengambil keputusan terutama pada saat-saat yang sulit, lambat dalam berinisiatif, sulit mengungkapkan pendapat, dan tidak mampu memikul tanggung jawab yang besar.



Perlu kita ingat sekali lagi bahwa tidak ada SEBUAH POLA PIKIR yang sempurna. Masing-masing pola pikir memiliki kebaikan dan kekurangannya masing-masing. Membentuk sebuah kebiasaan yang baik memerlukan kewaspadaan bahwa ada sisi yang tidak baik dalam kebiasaan berpikir kita yang biasa kita pakai. Karena itu UBAHLAH POLA PIKIR KITA PADA SAAT DIMANA KITA PERLU MERUBAHNYA. Dengan demikian kita akan menjadi orang yang lebih bijaksana. Ingat! Beresponlah dengan benar walaupun orang lain dan situasi tidak benar, maka Anda akan selangkah lebih dekat kepada kesuksesan sejati.

No comments:

Post a Comment