Gambar diri atau Self image termasuk hal terpenting di dalam hidup seseorang yang harus ditemukan, dibentuk, dan dimiliki dengan baik. Gambar diri adalah layaknya sebuah kaca mata bagi orang yang mempunyai pengelihatan “PLUS” atau “MINUS”. Tanpa sebuah kaca mata yang baik, maka segala hal yang dilihat orang tersebut akan menjadi kabur. Gambar diri juga layaknya sebuah cermin bagi diri kita. Cermin yang “keliru” bukan hanya merefleksikan sebuah pantulan yang kabur, namun dapat menghasilkan sebuah pantulan yang sama sekali salah.
Ada beberapa kesalahan yang umum berkaitan dengan gambar diri seseorang. Pertama, gambar diri hanya perlu bagi anak-anak atau remaja yang memang masih mencari jati dirinya. Pandangan yang keliru ini sebenarnya beranjak dari pemikiran bahwa gambar diri tidak memberikan dampak yang terlalu penting bagi orang-orang “dewasa”. Kita berpikir bahwa gambar diri tidak terlalu berhubungan dengan dunia riil, melainkan hanya konsep semata.
Ada beberapa kesalahan yang umum berkaitan dengan gambar diri seseorang. Pertama, gambar diri hanya perlu bagi anak-anak atau remaja yang memang masih mencari jati dirinya. Pandangan yang keliru ini sebenarnya beranjak dari pemikiran bahwa gambar diri tidak memberikan dampak yang terlalu penting bagi orang-orang “dewasa”. Kita berpikir bahwa gambar diri tidak terlalu berhubungan dengan dunia riil, melainkan hanya konsep semata.
Dalam banyak hal, kita sebagai orang “dewasa” merasa bahwa kita hanya melakukan apa yang “semua orang” lakukan, atau paling tidak “kebanyakan orang” lakukan. Kita merasa bahwa tidak ada terlalu banyak pilihan yang dapat kita buat. Contohnya: Semua orang “dewasa” harus bekerja untuk mencari nafkah bagi dirinya sendiri dan bagi keluarganya. Semasa anak-anak atau remaja, sebagian besar dari kita mungkin dapat memilih hanya melakukan hal-hal yang kita sukai. Namun sebagai orang dewasa, terkadang kita harus mengerjakan apa yang ada. Kita hanya memiliki pilihan yang sangat terbatas. Karena itu kita merasa bahwa tidak peduli apapun gambar diri yang kita miliki, sebagai orang “dewasa” kita hanya melakukan apa yang harus kita lakukan.
Hal ini tidak sepenuhnya benar. Gambar diri merupakan dasar dari segala sesuatu yang kita pikirkan, rasakan dan lakukan. Perlu kita ketahui bahwa gambar diri tidak hanya berisikan pernyataan tentang siapa diri kita, tetapi juga berisi penilaian mengenai diri kita.
Misalnya: seseorang mempunyai gambar diri seperti ini: “Saya hanyalah orang biasa karena saya tidak mempunyai apapun yang mampu ditonjolkan atau dibanggakan”. Di dalam gambar diri, seseorang akan memberikan penilaian terhadap pernyataan tentang dirinya sendiri ini, misalnya: “Saya hanyalah orang biasa karena saya tidak mempunyai apapun yang mampu ditonjolkan atau dibanggakan. Sebenarnya saya tidak suka dengan diri saya, karena saya ingin menjadi orang yang penting. Tapi karena saya tidak mempunyai apa-apa yang dapat dibanggakan, maka saya akan menjalani hidup saya dengan biasa saja”. Gambar diri seperti ini akan membuat seseorang mengalami kegelisahan di dalam dirinya. Di satu sisi gambar dirinya membuatnya tidak puas akan hidupnya sendiri. Akan tetapi pada saat yang bersamaan gambar dirinyalah yang meyakinkan dirinya bahwa setiap kesempatan yang ada di depannya bukan diperuntukkan untuk dirinya, melainkan untuk orang-orang yang lebih “penting” atau orang-orang yang “mempunyai sesuatu”.
Misalnya: seseorang mempunyai gambar diri seperti ini: “Saya hanyalah orang biasa karena saya tidak mempunyai apapun yang mampu ditonjolkan atau dibanggakan”. Di dalam gambar diri, seseorang akan memberikan penilaian terhadap pernyataan tentang dirinya sendiri ini, misalnya: “Saya hanyalah orang biasa karena saya tidak mempunyai apapun yang mampu ditonjolkan atau dibanggakan. Sebenarnya saya tidak suka dengan diri saya, karena saya ingin menjadi orang yang penting. Tapi karena saya tidak mempunyai apa-apa yang dapat dibanggakan, maka saya akan menjalani hidup saya dengan biasa saja”. Gambar diri seperti ini akan membuat seseorang mengalami kegelisahan di dalam dirinya. Di satu sisi gambar dirinya membuatnya tidak puas akan hidupnya sendiri. Akan tetapi pada saat yang bersamaan gambar dirinyalah yang meyakinkan dirinya bahwa setiap kesempatan yang ada di depannya bukan diperuntukkan untuk dirinya, melainkan untuk orang-orang yang lebih “penting” atau orang-orang yang “mempunyai sesuatu”.
Sebuah gambar diri menentukan cara kita berpikir, cara kita merasa, dan cara kita bertindak. Sebenarnya gambar diri kitalah yang menentukan bagaimana kita mengambil pilihan-pilihan dalam hidup kita. Ada seorang bijak yang pernah berkata: “Lakukan segala sesuatunya sebaik-baiknya seperti engkau melakukannya untuk Tuhan.” Apa yang orang bijak ini hendak katakan adalah setiap kita mempunyai pilihan dalam melakukan segala sesuatunya. Karena itu kita harus menentukan pilihan-pilihan kita, lalu mengerjakan pilihan-pilihan kita sebaik mungkin, seperti kita melakukannya bukan untuk diri kita sendiri, tetapi demi Tuhan yang telah menciptakan kita.
No comments:
Post a Comment