Perjalanan Hidup: The Good and The Bad

Saya adalah tipe orang yang secara natural berusaha memikirkan segala sesuatunya, mencermati segala sesuatunya, dan menganalisa segala kemungkinan yang dapat saya pikirkan sebelum memutuskan untuk mengambil sebuah langkah. Dalam banyak hal, saya merupakan tipe orang yang tidak mau menerima hal-hal yang tidak menyenangkan atau buruk dalam bentuk apapun. Berkebalikan dengan saya, ayah saya merupakan seorang pengambil kesempatan sejati. Ia tidak takut akan kerugian, selama hal itu dipandang masih memungkinkan untuk mendapatkan keuntungan di kemudian hari. Bagi ayah saya, tantangan dan resiko yang bersifat sementara selalu diperlukan sebagai pijakan untuk melangkah atau bahkan melompat maju.

Ada beberapa reaksi dari manusia ketika menanggapi sebuah resiko:
  1. Resiko dipandang sebagai suatu hal menakutkan dan jika terlanjur dialami, sebaiknya cepat-cepat dilupakan.
  2. Resiko dipandang sebagai batu lompatan; sebuah penderitaan sementara yang mendahului kemajuan.
  3. Resiko dipandang sebagai suatu hal yang netral; bergantung pada bagaimana kita mempersepsi resiko tersebut pada saat itu.
Ada sebuah bangsa kuno yang mempunyai kitab kebijaksanaan. Di dalam kitab itu dikatakan: "Ajarkanlah kepada anak cucumu segala perjalanan hidup bapa-bapanya. Supaya angkatan berikutnya mengenal apa yang benar dan apa yang buruk. Dengan demikian mereka tidak akan melupakan apa yang apa yang telah terjadi di belakang mereka, tetapi selalu mentaati apa yang benar." (dibahasakan ulang).

Orang-orang bijak dalam bangsa ini mengetahui bahwa kadang-kadang kita tidak dapat menghindari hal-hal yang buruk dalam kehidupan kita. Walaupun tidak semua hal yang buruk patut dipandang sebagai kesempatan, akan tetapi terkadang ada hal-hal buruk yang dapat kita kenang sebagai peringatan agar kita tidak melakukan kesalahan yang sama.

Kita harus belajar untuk mengenang hal-hal buruk dalam perjalanan hidup kita dan menjadikannya sebagai batu peringatan agar kita tidak melakukan kesalahan yang sama lagi. Saya mengenal seorang laki-laki yang pernah divonis menderita penyakit jantung yang parah karena kebiasaannya merokok. Setelah melewati proses pengobatan yang tidak menyenangkan dan tidak murah, kesehatannya menjadi lebih baik daripada sebelumnya. Akan tetapi, beberapa waktu kemudian, saya mendapati ia kembali merokok, seperti yang ia biasa lakukan.

Laki-laki ini tidak belajar untuk mengenang hal buruk yang dialaminya dengan benar. Ia hanya memandang bahwa dirinya luput dari kematian akibat merokok merupakan kesempatan agar ia dapat tetap hidup. Akan tetapi ia tetap melakukan kesalahan yang sama.

Setiap orang sebaiknya mengenang hal-hal buruk dalam perjalanan hidupnya dan menjadikannya batu peringatan agar tidak mengulangi kesalahan yang sama. Di samping itu setiap orang sebaiknya juga mengenang hal-hal baik dalam perjalanan hidupnya agar dapat membantunya untuk mengucap syukur kepada Tuhan atas semua berkat-berkat yang telah dikaruniakan kepada kita selama ini.

Dalam perjalanan hidup ini selalu terdapat hal yang baik dan hal yang buruk. Hindarilah hal-hal yang buruk sedapat mungkin dan kejarlah hal-hal yang baik agar kita dapat senantiasa bersyukur pada Tuhan. Akan tetapi bila hal buruk tersebut telah terlanjur terjadi, jadikanlah hal itu sebagai batu peringatan agar kita dapat menjalani hidup kita dengan lebih baik.

No comments:

Post a Comment